Rabu, 18 November 2015

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)


LAPORAN PRAKTIKUM MARIKULTUR
BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)



OLEH:
APRILIANSYAH
E1I012005




DOSEN PEMBIMBING:
Ir. DEDE HARTONO, MT.


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015





KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Marikultur yang berjudul Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Dengan ini penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam kegiatan praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :
1.             Bapak Ir. Dede Hartono, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Marikultur;
2.             Parlin LBN Toruan selaku Co. Ass praktikum mata kuliah Marikultur;
3.             Rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak kesalahan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis laporan ini dan pada umumnya bagi para pembaca.



Bengkulu, 09 Juni 2015


Penulis






I.              PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Udang vannamei (Litopenaeus vannameii) berasal dari daerah subtropis pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai ke pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah hingga ke Peru di Amerika Selatan.
Udang vannamei resmi diizinkan masuk ke Indonesia melalui SK Menteri Kelautan dan
Perikanan RI. No. 41/2001, dimana produksi udang windu menurun sejak 1996 akibat serangan penyakit dan penurunan kualitas lingkungan. Pemerintah kemudian melakukan kajian pada komoditas udang laut jenis lain yang dapat menambah produksi udang selain udang windu di Indonesia.
Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa dengan musim hujan dan kemarau yang tetap, menyebabkan Indonesia mampu memproduksi udang vannamei sepanjang tahun. Produksi tersebut disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik lahan masing-masing.
Tambak udang vannamei terdapat di beberapa Provinsi di Indonesia ini, yaitu Provinsi Bali, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Untuk laporan ini akan menjelaskan budidaya tambak udang vannamei yang ada di Provinsi Bengkulu.
Di Provinsi Bengkulu sendiri tambak udang vannamei terdapat di Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah PT. Hasfam Inti Sentosa. Manager tambak udang yakni Bapak Iwan dan Bapak Romlan selaku teknisi yang bekerja di tambak udang vanamei Pondok Kelapa ini, menjelaskan luas 1 kolam tambak itu sendiri sekitar 1.2 Hektar dan terdapat banyak kolam tambak yang dilapisi mulsa/plastik tebal. Target hasil produksi udang vannamei ini sekitar 22 ton/ha, dan 1kg udang vannamei dijual Rp. 60.000,-
Udang vannamei pada awalnya dianggap tahan terhadap serangan penyakit. Namun dalam perkembangannya, udang vannamei juga terserang WSSV (White Spot Syndrome Virus), TSV (Taura Syndrome Virus), IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus), vibrio, dan penyakit terbaru yaitu EMS (Early Mortality Syndrome). Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian dengan penerapan budidaya ramah lingkungan.

1.2.       Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah agar mahasiswa mengetahui teknik budidaya tambak udang vannamei yang ada di PT. Hasfam Inti Sentosa Provinsi Bengkulu tepatnya Bengkulu Tengah.

II.           ISI

2.1.       Klasifikasi Udang Vannamei
Menurut Elovaara (2001) taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut :
Phylum       : Arthropoda          
Class          : Malacostraca
Ordo          : Decapoda
Family        : Penaeidae
Genus         : Lito penaeus
Species       : Litopenaeus vannamei
2.1.1. Kebiasaan dan Tingkah Laku Udang Vannamei
Sifat-sifat penting udang vannamei (Litopenaeus vannamei) menurut Haliman dan Adijaya (2005)adalah sebagai berikut :
1.              Aktif pada kondisi gelap (nocturnal).
2.              Suka memangsa sesama jenis (kanibal)
3.              Tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus ( continous feeder).
4.              Menyukai hidup di dasar (bentik).
5.              Mencari makan lewat sensor (hemoreceptor).
6.              Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhalyne).
Udang mempunyai kerangka luar yang keras (tidak elastis). Oleh karena itu, untuk tumbuh menjadi besar udang perlu membuang kulit lama dan menggantinya dengan kulit yang baru proses ini disebut ganti kulit (moulting).
2.1.2. Aspek Biologi Udang Vannamei
Udang vannamei termasuk genus Penaeus dan subgenus Litopenaeus. Vannamei berbeda dari genus Penaeus lainnya karena bentuk telikum (organ kelamin betina) terbuka, tapi tidak terdapat tempat untuk penyimpanan sperma. Pertumbuhan udang vannamei dipengaruhi dua faktor yaitu frekuensi molting/ganti kulit (waktu antara molting) dan pertumbuhan pada setiap molting. Tubuh udang mempunyai karapas/kulit luar yang keras, sehingga pada setiap kali berganti kulit, karapas terlepas dan akan membentuk karapas baru. Ketika karapas masih lunak, udang berpeluang untuk dimangsa oleh udang lainnya.
Udang merupakan organisme pemakan segala (omnivorus). Pada habitatnya, udang vannamei memakan jasad renik/krustasea kecil, amphipoda dan polychaeta. Udang vannamei tidak makan sepanjang hari, tetapi hanya beberapa waktu saja dalam sehari. Nafsu makan tergantung oleh kondisi lingkungan dan laju konsumsi pakan akan meningkat pada kondisi lingkungan optimum.

2.2.       Aspek Legal Usaha Budaya
Harus dilakukan rehabilitasi lahan mangrove sebesar minimal 50% dari luasan yang dikonversi untuk tambak yang dibuat dengan mengkonversi lahan mangrove sebelum 1999. Sedangkan tambak yang dibuka setelah 1999 harus dapat membuktikan bahwa tambak tersebut tidak merusak hutan mangrove (Resolusi RAMSAR tahun 1999). Jika kawasan tambak berada di dekat pantai, harus memiliki sempadan pantai dengan lebar minimal 100 m dari garis pantai surut tertinggi ke arah darat yang dapat menjadi lokasi penanaman mangrove, sesuai dengan (UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; dan UU No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil).
Mengikuti kriteria Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), yaitu pedoman dan tata cara budidaya, termasuk cara panen yang baik, untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan budidaya dari Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) No.19 Tahun 2010 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Nomor Kep.02/Men/2007. Menerapkan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) pada tambak, tandon disesuaikan dengan karakteristik lahan. Tandon 40 – 50% kawasan tambak, yaitu 1 : 1, dimana satu tandon untuk satu tambak. Dapat pula dengan perbandingan 40% tandon inlet, 30% tambak, dan 30% UPL. Hal tersebut disesuaikan dengan undang-undang No.27 Tahun 1999, tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Memiliki bukti kepemilikan atau pengelolaan lahan, surat izin usaha perikanan (SIUP), izin usaha budidaya sesuai Permen KP No.12/2017 atau Tanda Daftar Kegiatan Perikanan (TDKP).

2.3.       Teknik Budidaya
2.3.1. Persiapan Tambak
Setelah 3 hari panen, mulsa yang terdapat di tambak budidaya udang vannamei ini diangkat. Kemudian tambak dikeringkan selama 5 hari sampai tanah terlihat pecah-pecah, hal ini untuk memutuskan siklus hidup pathogen dan mengurai gas racun H2S. Setelah itu, dilakukan proses pembalikan tanah agar fitoplankton dapat tumbuh sebagai pakan alami udang vanname. Perlu juga dilakukan pengukuran pH tanah. Apabila pH kurang dari 6,5, maka perlu dilakukan proses pengapuran.Sehari semalam akan ditebarkan bakteri yang menguntungkan. Menurut pak Romlan selaku teknisi tambak udang vannamei yang terletak di Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah dilakukannya penebaran bakteri yang menguntungkan ini untuk memutuskan mata rantai yang terjadi di tanah/ lahan tambak, gunanya untuk keberhasilan budidaya. Setelah itu akan diberikan mulsa / plastik tebal pada lahan tambak udang vannamei.
2.3.2. Pemupukan dan Pengisian Air
Air laut yang akan dimasukan kedalam lahan tambak akan dikarantina terlebih dahulu, dan diberikan perlakuan yang sesuai dengan tingkat toleransi udang vanamei. Adapun perlakuan air laut yang akan dimasukan kedalam  lahan tambak :
1.             Air laut diberikan Kupri Sulfat, hal ini dilakukan untuk mencegah tritip dan mengurangi pertumbuhan lumut.
2.             Air laut diberikan kaporit 30-35 ppm.
3.             3 hari kemudian diberikan perlakuan lagi untuk perlakuan bakteri.
4.             Pemberian bakteri yang sudah di culture yaitu bakteri agromalac, airake. Culture ini dilakukan dalam sehari semalam, maka akan tumbuh plankton.
5.             Bakteri akan ditebarkan ke seluruh kolam.
2.3.3. Pemilihan Benih
Pembenihan udang vanamei atau sering pula disebut benur, terdapat dibeberapa tempat yakni : Pekik Nyaring Bengkulu Tengah, Anyer Jawa Barat, Pulau Seribu Jakarta, dan Biru Laut Lampung. Benih yang digunakan dalam budidaya udang vanamei di Pondok Kelapa Bengkulu Tengah ini adalah benur jenis PL9-PL15. Sebelum masuk kedalam lahan tambak, benur akan di treathmen terlebih dahulu, caranya:
1.              Diarasih dengan media 300-500 ekor, lalu dipasang blower dan diberi makan. Makanannya berupa bubuk daging udang, lalu diberikan esensi. Treatment benur dilakukan selama 5 jam.
2.              Setelah 5 jam benur akan ditebar  menggunakan paralon 21 m.
3.              Didalam fiber, treatmen benur airnya akan disirkulasi ke fiber, lalu tunggu sampai kualitas airnya sama dengan tingkat toleransi udang vanamei.
Benih harus tampak bagus tanpa cacat, mempunyai ukuran seragam, berenang melawan arus, insang sudah berkembang, dan usus terlihat jelas.Benih yang akan ditebar harus yang bebas penyakit (Specific pathogen Free atau SPF dan (Specific Pathogen Resistant atau SPR) karena penggunaan benur unggul akan memperkecil resiko kegagalan, disarankan untuk dilakukan pengujian PCR di laboratorium. Benur yang digunakan dapat dari induk yang berasal dari luar negeri maupun hasil turunan (F1). Kriteria benur vaname yang sehat dapat diketahui secara visual, mikroskopis dan ketahanan benur.
Secara visual penampakan benih yang baik adalah murni satu jenis, seragam dalam ukuran dan umur, berwarna bening kecoklatan, tidak cacat fisik, bereaksi terhadap rangsangan cahaya, bebas dari penyakit, tidak mengalami necrosis dan pertumbuyhannya normal bila arus diputar dalam suatu wadah maka benih akan menentang arus, benur yang sehat berenang mendatar dan bergherak aktif. Benur yang sakit melayang, terbawa arus, berputar tanpa arah dan tubuh melengkung.
2.3.4. Penebaran Benih
Sebelum ditebar, benih udang vanname perlu melalui proses aklimitasi, karena, hal ini sangat berpengaruh pada daya tahan udang ini saat proses pembenihan dan pemeliharaan. Caranya, menyiram kantung tempat benih dengan air tambak dan diapungkan ditambak selama 15-20 menit. Setelah itu, dibuka dan dimiringkan pelan-pelan agar benih udang keluar. Tidak seperti cara beternak udang lainnya, benih udang vaname sebaiknya ditebar pada siang hari.
2.3.5. Pemberian Pakan
Manajemen pakan dalam budidaya udang bertujuan untuk meningkatkan efesiensi pakan yang digunakan dan meminimalkan limbah pakan dalam tambak.  Langkah-langkah yang harus diterapkan dalam melakukan manajemen pakan adalah sebagai berikut:
1.             Pakan buatan yang digunakan tidak kadaluwarsa dan harus memenuhi standar nutrisi.
2.             Pakan harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering untuk menghindari penjamuran dan kontamonan lain.
3.             Pemberian pakan harus dilakukan dengan tepat untukmenjamin udang mengkonsumsi pakan secara maksimal dan tidak meninggalkan kelebihan pakan di tambak.
4.             Penggunaan pakan segar harus bermutu baik dan tidak mengandung penyakit.
5.             Penumbuhan pakan alami pada tambak ekstensif (sederhana) melalui pemupukan mutlak dilakukan.
Pemberian pakan pada hari 1 – 30 hari disebut blind feeding, 35 hari kemudian akan dicek melalui anco untuk mengetahui nafsu makan udang vannamei. Apabila didalam anco selama 2 hari pakan tersebut habis, maka perlunya menaikan tingkat pemberian pakan. Tetapi, jika selama 2 hari pakan masih ada dan tidak habis, perlunya pengurangan pakan. Pemberian pakan ini dilakukan pada jam 6 pagi, 10 pagi, 2 siang, 6 sore, dan 10 malam.
2.3.6. Pemeliharaan
Langkah pemeliharaan pertama adalah kontrol tingkat salinitas. Salinitas air yang baik adalah 10-25 ppt. Selain itu pemeriksaan pH air dan tanah secara berkala. Bila kurang dari 7,5, maka perlu dilakukan proses pengapuran tambahan.Sebelum udang berumur 60 hari, perlu juga diperiksa tinggi air dan dilakukan pengisian air dengan salinitas yang disebutkan diatas bila air kurang karena proses penguapan. Di tambak udang vannamei PT. Hasfam Inti Sentosa Pondok Kelapa Bengkulu Tengah terdapat Laboraturium yang berfungsi untuk mengukur kualitas air, salinitas, ph, dan penyakit. Untuk pengukuran kualitas air dilakukan pada jam setengah 3 pagi dan setengah 3 sore. Sample udang akan dilakukan 1 minggu sekali, hali ini berguna untuk mengetahui pertumbuhan udang vanamei dan dapat mengecek penyakit pada udang.
2.3.7. Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit yang tepat dilakukan bersamaan dengan proses pembibitan dan pemeliharaan. Bila kita melakukan proses pemeliharaan dengan baik, maka penyakit tidak akan menyerang udang kita. Selain itu, kita juga perlu melakukan pemeriksaan fisik udang dan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dilaboratorium.
2.3.8. Pemanenan
Pada praktikum ini dilkukan pada hari sabtu, dan pada hari itu belum dilakukan pemanenan udang vannamei, untuk itu hanya beberapa penjelasan saja yang dapat disampaikan oleh Bapak Iwan dan Bapak Romlan. Panennya udang vanamei ini sekitar 4 bulan, dengan berat 50 ekor/kg maka pemanenan dapat dilakukan. emanenan dilakukan pada waktu malam hari untuk mempertahankan kualitas udang. 2-4 hari sebelum pemanenan, tambak diberi kapur dolomite 80 kg/ha dan mempertahankan ketinggian air untuk mencegah proses molting. Bila kita melakukan teknik beternak udang vaname dengan benar, maka hasil yang kita dapatkan akan sangat memuaskan.









III.        PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Teknik budidaya udang vannamei di PT. Hasfam Inti Sentosa Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah menggukan cara tambak yang dilapisi dengan mulsa/plastik tebal.
Beberapa teknik yang digunakan budidaya udang vannamei di Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah. Adapun perlakuan air laut yang akan dimasukan kedalam  lahan tambak :
1.             Air laut diberikan Kupri Sulfat, hal ini dilakukan untuk mencegah tritip dan mengurangi pertumbuhan lumut.
2.             Air laut diberikan kaporit 30-35 ppm.
3.             3 hari kemudian diberikan perlakuan lagi untuk perlakuan bakteri.
4.             Pemberian bakteri yang sudah di culture yaitu bakteri agromalac, airake. Culture ini dilakukan dalam sehari semalam, maka akan tumbuh plankton.
5.             Bakteri akan ditebarkan ke seluruh kolam.
Sedangan pada penebaran benur dilakukan treathmen terlebih dahulu, caranya:
1.             Diarasih dengan media 300-500 ekor, lalu dipasang blower dan diberi makan. Makanannya berupa bubuk daging udang, lalu diberikan esensi. Treatment benur dilakukan selama 5 jam.
2.             Setelah 5 jam benur akan ditebar  menggunakan paralon 21 m.
3.             Didalam fiber, treatmen benur airnya akan disirkulasi ke fiber, lalu tunggu sampai kualitas airnya sama dengan tingkat toleransi udang vannamei.

3.2.       Saran
Selama kegiatan praktikum berjalan, kondisi cuaca kurang baik sehingga terkendala dalam wawancara dilapangan yang langsung menunjukkan kondisi lapangan. Pemanfaatan waktu sangat penting untuk dapat dimaksimalkan selama kegiatan wawancara.





DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, H. S. 2006 Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami Direktorat JendralPerikanan. Situbondo. 34 hal.

Elovoora A.K, 2001. Shrimp Forming Manual. Practical Tecnology Intensive Commercial Shrimp Production. United States Of Amerika, 2001.

Ghufran, M. 2006. Pemeliharaan Udang Vanname. INDAH. Surabaya. Gramedia.

Haliman, Rubiyanto W dan Dian Adijaya. 2005 Budidaya Udang Vannamei PenebarSwadaya. Jakarta

Kanra, Iskandar dan Khairul Amri. 2008.Budidaya Udang Vannamei. Jakarta.

Tim Perikanan WWF-Indonesia. 2014. Budidaya Udang Vannamei. Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Jakarta.























LAMPIRAN