BUDIDAYA
UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)
OLEH:
APRILIANSYAH
E1I012005
DOSEN
PEMBIMBING:
Ir.
DEDE HARTONO, MT.
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum mata kuliah Marikultur yang berjudul Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Dengan ini penulis menyadari bahwa laporan
ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak
terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
kegiatan praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kami sampaikan kepada :
1.
Bapak Ir. Dede
Hartono, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Marikultur;
2.
Parlin LBN Toruan
selaku Co. Ass praktikum mata kuliah Marikultur;
3.
Rekan-rekan yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak
kesalahan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis laporan
ini dan pada umumnya bagi para pembaca.
Bengkulu, 09 Juni 2015
Penulis
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Udang vannamei (Litopenaeus vannameii) berasal
dari daerah subtropis pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico
bagian utara sampai ke pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika
di Amerika Tengah hingga ke Peru di Amerika Selatan.
Udang vannamei resmi diizinkan masuk ke Indonesia
melalui SK Menteri Kelautan dan
Perikanan
RI. No. 41/2001, dimana produksi udang windu menurun sejak 1996 akibat serangan
penyakit dan penurunan kualitas lingkungan. Pemerintah kemudian melakukan
kajian pada komoditas udang laut jenis lain yang dapat menambah produksi udang
selain udang windu di Indonesia.
Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa
dengan musim hujan dan kemarau yang tetap, menyebabkan Indonesia mampu
memproduksi udang vannamei sepanjang tahun. Produksi tersebut disesuaikan
dengan kondisi dan karakteristik lahan masing-masing.
Tambak
udang vannamei terdapat di beberapa Provinsi di Indonesia ini, yaitu Provinsi
Bali, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Bengkulu. Untuk laporan
ini akan menjelaskan budidaya tambak udang vannamei yang ada di Provinsi
Bengkulu.
Di
Provinsi Bengkulu sendiri tambak udang vannamei terdapat di Pondok Kelapa,
Bengkulu Tengah PT. Hasfam Inti Sentosa. Manager tambak udang yakni Bapak Iwan
dan Bapak Romlan selaku teknisi yang bekerja di tambak udang vanamei Pondok
Kelapa ini, menjelaskan luas 1 kolam tambak itu sendiri sekitar 1.2 Hektar dan
terdapat banyak kolam tambak yang dilapisi mulsa/plastik tebal. Target hasil
produksi udang vannamei ini sekitar 22 ton/ha, dan 1kg udang vannamei dijual
Rp. 60.000,-
Udang vannamei pada awalnya dianggap tahan terhadap
serangan penyakit. Namun dalam perkembangannya, udang vannamei juga terserang
WSSV (White Spot Syndrome Virus), TSV (Taura Syndrome Virus), IMNV
(Infectious Myo Necrosis Virus), vibrio, dan penyakit terbaru
yaitu EMS (Early Mortality Syndrome). Untuk itu perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian dengan penerapan budidaya ramah lingkungan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah agar mahasiswa mengetahui teknik budidaya tambak udang vannamei yang ada di PT. Hasfam Inti Sentosa Provinsi Bengkulu tepatnya
Bengkulu Tengah.
II.
ISI
2.1. Klasifikasi
Udang Vannamei
Menurut Elovaara (2001) taksonomi udang vannamei adalah
sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Class : Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Lito penaeus
Species : Litopenaeus vannamei
2.1.1. Kebiasaan
dan Tingkah Laku Udang Vannamei
Sifat-sifat
penting udang vannamei (Litopenaeus
vannamei) menurut Haliman dan Adijaya (2005)adalah sebagai berikut :
1.
Aktif pada kondisi gelap (nocturnal).
2.
Suka memangsa sesama jenis (kanibal)
3.
Tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus ( continous feeder).
4.
Menyukai hidup di dasar (bentik).
5.
Mencari makan lewat sensor (hemoreceptor).
6.
Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhalyne).
Udang
mempunyai kerangka luar yang keras (tidak elastis). Oleh karena itu, untuk
tumbuh menjadi besar udang perlu membuang kulit lama dan menggantinya dengan
kulit yang baru proses ini disebut ganti kulit (moulting).
2.1.2. Aspek
Biologi Udang Vannamei
Udang vannamei termasuk
genus Penaeus dan
subgenus Litopenaeus. Vannamei berbeda
dari genus Penaeus lainnya karena bentuk telikum (organ kelamin betina) terbuka, tapi tidak terdapat tempat
untuk penyimpanan sperma. Pertumbuhan
udang vannamei dipengaruhi dua faktor yaitu frekuensi molting/ganti kulit (waktu antara molting) dan pertumbuhan
pada setiap molting. Tubuh udang
mempunyai karapas/kulit luar yang keras, sehingga pada setiap kali berganti kulit, karapas terlepas dan akan
membentuk karapas baru. Ketika karapas masih lunak, udang berpeluang untuk dimangsa
oleh udang lainnya.
Udang merupakan
organisme pemakan segala
(omnivorus). Pada habitatnya, udang
vannamei
memakan jasad renik/krustasea kecil, amphipoda dan polychaeta. Udang vannamei tidak makan sepanjang
hari, tetapi hanya beberapa waktu saja dalam
sehari.
Nafsu makan tergantung oleh kondisi lingkungan dan laju konsumsi pakan akan meningkat pada kondisi lingkungan
optimum.
2.2.
Aspek
Legal Usaha Budaya
Harus
dilakukan rehabilitasi lahan mangrove sebesar minimal 50% dari luasan yang
dikonversi untuk tambak yang dibuat dengan mengkonversi lahan mangrove
sebelum 1999. Sedangkan
tambak yang dibuka setelah 1999 harus dapat membuktikan bahwa tambak tersebut
tidak merusak hutan mangrove (Resolusi RAMSAR tahun 1999). Jika kawasan tambak
berada di dekat pantai, harus memiliki sempadan pantai dengan lebar minimal 100
m dari garis pantai surut tertinggi ke arah darat yang dapat menjadi lokasi
penanaman mangrove, sesuai dengan (UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
dan UU No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil).
Mengikuti
kriteria Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), yaitu pedoman dan tata cara budidaya, termasuk
cara panen yang baik, untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan
keamanan hasil perikanan budidaya dari Peraturan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) No.19 Tahun 2010 dan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI, Nomor Kep.02/Men/2007. Menerapkan IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) pada tambak, tandon disesuaikan
dengan karakteristik lahan. Tandon
40 – 50% kawasan tambak, yaitu 1 : 1, dimana satu tandon untuk satu tambak. Dapat pula
dengan perbandingan 40% tandon inlet, 30% tambak, dan 30% UPL. Hal tersebut
disesuaikan dengan undang-undang No.27 Tahun 1999, tentang jenis usaha
dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan AMDAL.
Memiliki
bukti kepemilikan atau pengelolaan lahan, surat izin usaha perikanan (SIUP), izin usaha
budidaya sesuai Permen KP No.12/2017 atau Tanda Daftar Kegiatan Perikanan
(TDKP).
2.3. Teknik
Budidaya
2.3.1. Persiapan
Tambak
Setelah
3 hari panen, mulsa yang terdapat di tambak budidaya udang vannamei ini
diangkat. Kemudian tambak dikeringkan selama 5 hari sampai tanah terlihat
pecah-pecah, hal ini untuk memutuskan siklus hidup pathogen dan mengurai gas
racun H2S. Setelah itu, dilakukan proses pembalikan tanah agar
fitoplankton dapat tumbuh sebagai pakan alami udang vanname. Perlu juga
dilakukan pengukuran pH tanah. Apabila pH kurang dari 6,5, maka perlu dilakukan
proses pengapuran.Sehari semalam akan ditebarkan bakteri yang menguntungkan.
Menurut pak Romlan selaku teknisi tambak udang vannamei yang terletak di Pondok
Kelapa, Bengkulu Tengah dilakukannya penebaran bakteri yang menguntungkan ini
untuk memutuskan mata rantai yang terjadi di tanah/ lahan tambak, gunanya untuk
keberhasilan budidaya. Setelah itu akan diberikan mulsa / plastik tebal pada
lahan tambak udang vannamei.
2.3.2. Pemupukan
dan Pengisian Air
Air
laut yang akan dimasukan kedalam lahan tambak akan dikarantina terlebih dahulu,
dan diberikan perlakuan yang sesuai dengan tingkat toleransi udang vanamei.
Adapun perlakuan air laut yang akan dimasukan kedalam lahan tambak :
1.
Air
laut diberikan Kupri Sulfat, hal ini dilakukan untuk mencegah tritip dan
mengurangi pertumbuhan lumut.
2.
Air
laut diberikan kaporit 30-35 ppm.
3.
3
hari kemudian diberikan perlakuan lagi untuk perlakuan bakteri.
4.
Pemberian
bakteri yang sudah di culture yaitu bakteri agromalac, airake. Culture ini
dilakukan dalam sehari semalam, maka akan tumbuh plankton.
5.
Bakteri
akan ditebarkan ke seluruh kolam.
2.3.3. Pemilihan
Benih
Pembenihan
udang vanamei atau sering pula disebut benur, terdapat dibeberapa tempat yakni
: Pekik Nyaring Bengkulu Tengah, Anyer Jawa Barat, Pulau Seribu Jakarta, dan
Biru Laut Lampung. Benih yang digunakan dalam budidaya udang vanamei di Pondok
Kelapa Bengkulu Tengah ini adalah benur jenis PL9-PL15. Sebelum masuk kedalam
lahan tambak, benur akan di treathmen terlebih dahulu, caranya:
1.
Diarasih
dengan media 300-500 ekor, lalu dipasang blower dan diberi makan. Makanannya
berupa bubuk daging udang, lalu diberikan esensi. Treatment benur dilakukan
selama 5 jam.
2.
Setelah
5 jam benur akan ditebar menggunakan
paralon 21 m.
3.
Didalam
fiber, treatmen benur airnya akan disirkulasi ke fiber, lalu tunggu sampai
kualitas airnya sama dengan tingkat toleransi udang vanamei.
Benih
harus tampak bagus tanpa cacat, mempunyai ukuran seragam, berenang melawan
arus, insang sudah berkembang, dan usus terlihat jelas.Benih yang akan ditebar
harus yang bebas penyakit (Specific pathogen Free atau SPF dan (Specific
Pathogen Resistant atau SPR) karena penggunaan benur unggul akan memperkecil
resiko kegagalan, disarankan untuk dilakukan pengujian PCR di laboratorium.
Benur yang digunakan dapat dari induk yang berasal dari luar negeri maupun
hasil turunan (F1). Kriteria benur vaname yang sehat dapat diketahui secara
visual, mikroskopis dan ketahanan benur.
Secara
visual penampakan benih yang baik adalah murni satu jenis, seragam dalam ukuran
dan umur, berwarna bening kecoklatan, tidak cacat fisik, bereaksi terhadap
rangsangan cahaya, bebas dari penyakit, tidak mengalami necrosis dan
pertumbuyhannya normal bila arus diputar dalam suatu wadah maka benih akan
menentang arus, benur yang sehat berenang mendatar dan bergherak aktif. Benur
yang sakit melayang, terbawa arus, berputar tanpa arah dan tubuh melengkung.
2.3.4. Penebaran
Benih
Sebelum
ditebar, benih udang vanname perlu melalui proses aklimitasi, karena, hal ini
sangat berpengaruh pada daya tahan udang ini saat proses pembenihan dan
pemeliharaan. Caranya, menyiram kantung tempat benih dengan air tambak dan
diapungkan ditambak selama 15-20 menit. Setelah itu, dibuka dan dimiringkan
pelan-pelan agar benih udang keluar. Tidak seperti cara beternak udang lainnya,
benih udang vaname sebaiknya ditebar pada siang hari.
2.3.5. Pemberian
Pakan
Manajemen
pakan dalam budidaya udang bertujuan untuk meningkatkan efesiensi pakan yang
digunakan dan meminimalkan limbah pakan dalam tambak. Langkah-langkah yang harus diterapkan dalam
melakukan manajemen pakan adalah sebagai berikut:
1.
Pakan buatan yang digunakan tidak kadaluwarsa dan harus memenuhi standar
nutrisi.
2.
Pakan harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering untuk menghindari
penjamuran dan kontamonan lain.
3.
Pemberian pakan harus dilakukan dengan tepat untukmenjamin udang
mengkonsumsi pakan secara maksimal dan tidak meninggalkan kelebihan pakan di
tambak.
4.
Penggunaan pakan segar harus bermutu baik dan tidak mengandung penyakit.
5.
Penumbuhan pakan alami pada tambak ekstensif (sederhana) melalui pemupukan
mutlak dilakukan.
Pemberian pakan pada
hari 1 – 30 hari disebut blind feeding, 35 hari kemudian akan dicek melalui
anco untuk mengetahui nafsu makan udang vannamei. Apabila didalam anco selama 2
hari pakan tersebut habis, maka perlunya menaikan tingkat pemberian pakan.
Tetapi, jika selama 2 hari pakan masih ada dan tidak habis, perlunya
pengurangan pakan. Pemberian pakan ini dilakukan pada jam 6 pagi, 10 pagi, 2
siang, 6 sore, dan 10 malam.
2.3.6. Pemeliharaan
Langkah
pemeliharaan pertama adalah kontrol tingkat salinitas. Salinitas air yang baik
adalah 10-25 ppt. Selain itu pemeriksaan pH air dan tanah secara berkala. Bila
kurang dari 7,5, maka perlu dilakukan proses pengapuran tambahan.Sebelum udang
berumur 60 hari, perlu juga diperiksa tinggi air dan dilakukan pengisian air
dengan salinitas yang disebutkan diatas bila air kurang karena proses
penguapan. Di tambak udang vannamei PT. Hasfam Inti Sentosa Pondok Kelapa
Bengkulu Tengah terdapat Laboraturium yang berfungsi untuk mengukur kualitas
air, salinitas, ph, dan penyakit. Untuk pengukuran kualitas air dilakukan pada
jam setengah 3 pagi dan setengah 3 sore. Sample udang akan dilakukan 1 minggu
sekali, hali ini berguna untuk mengetahui pertumbuhan udang vanamei dan dapat
mengecek penyakit pada udang.
2.3.7. Pengendalian
Penyakit
Pengendalian
penyakit yang tepat dilakukan bersamaan dengan proses pembibitan dan
pemeliharaan. Bila kita melakukan proses pemeliharaan dengan baik, maka
penyakit tidak akan menyerang udang kita. Selain itu, kita juga perlu melakukan
pemeriksaan fisik udang dan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dilaboratorium.
2.3.8. Pemanenan
Pada praktikum ini dilkukan pada hari
sabtu, dan pada hari itu belum dilakukan pemanenan udang vannamei, untuk itu
hanya beberapa penjelasan saja yang dapat disampaikan oleh Bapak Iwan dan Bapak
Romlan. Panennya udang vanamei ini sekitar 4 bulan, dengan berat 50 ekor/kg
maka pemanenan dapat dilakukan. emanenan dilakukan pada waktu malam hari untuk
mempertahankan kualitas udang. 2-4 hari sebelum pemanenan, tambak diberi kapur
dolomite 80 kg/ha dan mempertahankan ketinggian air untuk mencegah proses
molting. Bila kita melakukan teknik beternak udang vaname dengan benar, maka
hasil yang kita dapatkan akan sangat memuaskan.
III.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teknik
budidaya udang vannamei di PT. Hasfam Inti Sentosa Pondok Kelapa, Bengkulu
Tengah menggukan cara tambak yang dilapisi dengan mulsa/plastik tebal.
Beberapa
teknik yang digunakan budidaya udang vannamei di Pondok Kelapa, Bengkulu
Tengah. Adapun perlakuan air laut yang akan dimasukan kedalam lahan tambak :
1.
Air
laut diberikan Kupri Sulfat, hal ini dilakukan untuk mencegah tritip dan
mengurangi pertumbuhan lumut.
2.
Air
laut diberikan kaporit 30-35 ppm.
3.
3
hari kemudian diberikan perlakuan lagi untuk perlakuan bakteri.
4.
Pemberian
bakteri yang sudah di culture yaitu bakteri agromalac, airake. Culture ini
dilakukan dalam sehari semalam, maka akan tumbuh plankton.
5.
Bakteri
akan ditebarkan ke seluruh kolam.
Sedangan pada penebaran
benur dilakukan treathmen terlebih dahulu, caranya:
1.
Diarasih
dengan media 300-500 ekor, lalu dipasang blower dan diberi makan. Makanannya
berupa bubuk daging udang, lalu diberikan esensi. Treatment benur dilakukan
selama 5 jam.
2.
Setelah
5 jam benur akan ditebar menggunakan
paralon 21 m.
3.
Didalam
fiber, treatmen benur airnya akan disirkulasi ke fiber, lalu tunggu sampai
kualitas airnya sama dengan tingkat toleransi udang vannamei.
3.2. Saran
Selama kegiatan praktikum berjalan,
kondisi cuaca kurang baik sehingga terkendala dalam wawancara dilapangan yang
langsung menunjukkan kondisi lapangan. Pemanfaatan waktu sangat penting untuk
dapat dimaksimalkan selama kegiatan wawancara.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyaningsih,
H. S. 2006 Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami Direktorat JendralPerikanan.
Situbondo. 34 hal.
Elovoora A.K, 2001. Shrimp Forming Manual. Practical
Tecnology Intensive Commercial Shrimp Production. United States Of Amerika,
2001.
Ghufran, M. 2006. Pemeliharaan Udang Vanname. INDAH.
Surabaya. Gramedia.
Haliman, Rubiyanto W dan Dian Adijaya. 2005 Budidaya
Udang Vannamei PenebarSwadaya. Jakarta
Kanra, Iskandar dan Khairul Amri. 2008.Budidaya
Udang Vannamei. Jakarta.
Tim Perikanan WWF-Indonesia. 2014. Budidaya Udang
Vannamei. Tambak Semi Intensif dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Jakarta.
LAMPIRAN