Ekosistem Terumbu Karang
Oleh : Apriliansyah
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan
kepada Allah Swt., yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekosistem Terumbu Karang” ini sebagai
tugas pada mata kuliah Aplikasi Komputer
Fakultas Pertanian Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu Tahun 2012.
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki baik dari pengumpulan, penyusunan maupun penulisan makalah ini. Namun
besar harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Ir. Hasanudin, MP. yang telah memberikan perhatian dan bimbingan
selama saya mengikuti mata kuliah Aplikasi Komputer. Penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik demi kemajuan penulis kedepannya.
Bengkulu, 01 Oktober 2012
Apriliansyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang menjapai 17.508
pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan yang
luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati
terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu
karang merupakan ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah
Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan
Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan
Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia.
Potensi sumberdaya
alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan beragam nilai dan
fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber
bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses
ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan
melindungi pantai dari ancaman abrasi). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem
terumbu karang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya Suharsono
(1998:155).
Ekosistem terumbu
karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber
kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini
pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200
jenis ikan dan berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean,
sponge, alga, lamun dan biota lainnya. Terumbu karang
bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di
laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting
dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
1.2
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang morfologi, fisiologi,
habitat, dan manfaat dari terumbu karang.
2.
Untuk memenuhi tugas Aplikasi Komputer.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Terumbu Karang
Terumbu karang
adalah suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan mempunyai
rumah yang terbuat dari bahan kapur (Ca-karbonat). Mengingat dalam ekosistem
terumbu terdapat berbagai jenis organism, maka dapat pula dikatakan sebagai
berikut : Terumbu karang merupakan sebuah
komunitas biologis yang berda di dasar laut yang membentuk struktur padat yang
kokoh dan terbuat dari bahan kapur. Organisme utama kebanyakan terdiri dari
koral dan algae. Wibisono (2005:198).
2.2
Tipe - Tipe Terumbu Karang Berdasarkan
Jenisnya
Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
1. Terumbu karang keras (seperti
brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang
keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama
ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang
sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan.
2. Terumbu karang lunak
(seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang.
Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di
sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing
reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke
luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai
barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau
vulkanik yang disebut coral atoll.
2.3
Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan
Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke
dalam empat bentuk, yaitu :
1.
Terumbu
karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di
mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai
kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut
lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah
secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua
(Bali).
2.
Terumbu
karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh
dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan
berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah
perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang
tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau
karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau),
Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3.
Terumbu
karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas
dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan
dengan daratan.
4.
Terumbu
karang datar / Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga
sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas
sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau
datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan
kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan
Ujung Batu.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Beberapa Spesies Terumbu Karang di
Indonesia dan Klasifikasinya
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family
: Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora cervicornis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3 - 15 meter.
Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni
arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk
pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna :
Coklat muda.
Kemiripan : A. prolifera, A. formosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman..
Habitat :
Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora acuminate
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit
mempunyai 2 ukuran.
Warna :
Biru muda atau coklat.
Kemiripan : A. hoeksemai, A abrotanoides.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea
dan Philipina.
Habitat :
Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora micropthalma
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri
dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna :
Abu-abu muda, kadang coklat muda atau krem.
Kemiripan : A. copiosa, A. Parilis, A. Horrida, A. Vaughani, dan A.
exquisita.
Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia,
Papua New Guinea.
Habitat :
Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora millepora
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan
cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun
rapat.
Warna :
Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A.
prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.
Habitat :
Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal.
Kingdom :
Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora palmate
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 5-20 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk cabang besar menyerupai tanduk rusa.
Warna :
Umumnya berwarna coklat muda sampai coklat kekuningan.
Distribusi : Tersebar di Perairan Indonesia, Karibia, dan Bahama.
Habitat :
Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora hyacinthus
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 15-35 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus di
permukaan.
Warna :
Coklat, hijau, merah muda.
Distribusi : Perairan Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat :
Umumnya di lereng karang.
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora echinata
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3 - 15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk tabung bercabang yang menyerupai
tentakel.
Warna :
Coklat, kuning, putih.
Distribusi : Indo-Pasifik barat.
Habitat :
Perairan dangkal yang hangat.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Cnidaria
Class
: Anthozoa
Ordo
: Scleractinia
Family
: Acroporidae
Genus
: Acropora
Spesies
: Acropora humilis
Kedalaman : Karang
ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri :
Koloni berbentuk jari-jari pipih bercabang.
Warna :
Ungu, merah muda.
Distribusi : Perairan
Indonesia, Indo-Pasifik.
Habitat :
Perairan dangkal, ada juga di lereng karang.
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Cnidaria
Class :
Anthozoa
Ordo :
Scleractinia
Family :
Acroporidae
Genus :
Acropora
Spesies :
Acropora cytherea
Kedalaman : Karang
ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri :
Koloni berbentuk meja datar dengan struktur yang padat halus.
Warna :
Krem, coklat, biru.
Distribusi :
Indo-Pasifik barat.
Habitat :
Perairan tenang, atas dan bawah lereng karang.
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Cnidaria
Class :
Anthozoa
Ordo :
Scleractinia
Family :
Siderastreidae
Genus :
Siderastrea
Spesies :
Siderastrea sidereal
Kedalaman : Karang
ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 7-14 meter.
Ciri-ciri :
Koloni berbentuk batu bulat besar.
Warna :
Coklat keemasan, abu-abu.
Distribusi :
Perairan Indonesia, Karibia.
Habitat :
Perairan dangkal yang jernih.
3.2
Faktor - Faktor Lingkungan yang
Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem Terumbu Karang
1.
Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang
dunia dibatasi oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada
terumbu karang yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan
berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat
menoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C.
2. Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di
perairan laut dengan salinitas air yang tetap di atas 30 % tetapi di bawah 35
%. Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat
limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan
salinitas. Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain,
terumbu karang dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk
Persia yang salinitasnya 42 %.
3.
Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting
untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di
jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di
perairan dengan kedalaman maksimal 50 - 70 meter, dan umumnya berkembang di
kedalaman 25 meter atau kurang. Titik kompensasi untuk karang hermatipik
berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya
15-20% dari intensitas di permukaan.
4.
Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi
cahaya. Kecerahan perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan
ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.
5.
Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas
karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang,
contohnya gelombang tsunami. Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih
berkembang di daerah yang memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat
memberikan pasokan air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi
terjadinya pengendapan pada koloni atau polip karang.
6.
Arus
Faktor
arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien
dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthellae,
sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu
karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.
7.
Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap
sedimen. Karena sedimen merupakan faktor pembatas yang potensial bagi sebaran
karang di daerah dimana suhu cocok untuk hewan ini.
3.3
Penghuni Terumbu Karang
1.
Tumbuh-
tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu
kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat
di dalam lingkungan akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah
diterangkan, mampu menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan
gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah salah
satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat
sebagai perangkap sedimen.
2.
Avertebrata
Hewan
karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama dari dunia hewan
yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum Cnidaria itu dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan Anthozoa.
Berbagai
jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan
tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan oleh hewan
secara alami, yang disebut bioerosi, dari batuan kapur menjadi pecahan
kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.
Crustacea
merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda yang hidup dalam
terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang, lobster dan
udang karang.
Banyak
hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hwan lain di terumbu
karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu dan kepiting;
udang pembersih dengan beberapa ikan atau udang kecil berwarna dengan anemone.
Molusca
menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan penyumbang
penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan
penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga
menjadi dasar bagi perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama
perikanan kerang dan cumi- cumi.
Echinodermata
adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang dan
padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon,
teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan
memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia
barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
3.
Ikan
Karang
Ikan
karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
a)
Ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih
dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide,
Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae;
b)
Kelompok jenis indikator yaitu ikan
yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu
perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
c)
Kelompok ikan yang berperan dalam
rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui seperti Famili
Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae,
Apogonidae.
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup
di terumbu karang dan jarang dari ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk
mencari makanan dan tempat perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan
pada pasokan makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan daerah
pemijahan.
4.
Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem
terumbu karang hanya dua kelompok yaitu, ular laut dan penyu. Dua kelompok ini
terancam punah. Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk
telurnya.
3.4
Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
1.
Dari segi ekonomi ekosistem terumbu
karang memiliki nilai estetika dan tingkat keanekaragaman biota yang tinggi
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, bahan obat – obatan ataupun
sebagai objek wisata bahari.
2.
Ditinjau dari fungsi ekologisnya,
terumbu karang yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan
menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu mampu menahan hempasan gelombang yang
kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi
3.
Adapun dari sisi social ekonomi,
terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif sehingga dapat
meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa Negara yang
berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.
3.5
Faktor- faktor yang Merusak Terumbu
Karang
Indonesia memang kaya
akan keanekaragaman hayati nya termasuk di laut. Karena Indonesia termasuk
negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting
yaitu terumbu karang, kini mulai rusak. Hal ini disebabkan oleh :
1.
Pengendapan
kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari
penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang
akan terbawa kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh
karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
2.
Aliran
air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus
dapat membunuh karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan,
pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah
terumbu karang.
3.
Berbagai
jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari
berbagai sumber, diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik,
pertambangan dan perminyakan.
4.
Pemanasan
suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan
pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara
berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya
suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan
perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus
maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
5.
Uji
coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di
laut serta kebocoran dan buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut,
bahan radio aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi
meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
6.
Cara
tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain
penggunaan muro-ami, racun dan bahan peledak.
7.
Penambangan
dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang
umumnya digunakan sebagai bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi
menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun
pasir bawah air.
8.
Penambatan
jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan
dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu karang. Jangkar
yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan rantainya yang
sangat merusak koloni karang.
9.
Serangan
bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis
bintang laut besar pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan
karang dengan cara manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk
kemudian mencerna dan membungkus polip-polip karang dipermukaan koloni
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Suharsono. 1998. Ekosistem
Terumbu Karang. Surabaya: Apollo.
·
Wibisono, W.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan.
Jakarta: Grasindo.
·
http://ahza-vongola.blogspot.com