Profil
Nama Resmi | : | Kabupaten Musi Rawas |
Ibukota | : | Lubuk Linggau |
Provinsi | : | Sumatera Selatan |
Batas Wilayah | : | Utara: Provinsi JambiSelatan: Kabupaten LahatBarat: Kota lubuklinggau dan Provinsi BengkuluTimur: Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Banyuasin. |
Luas Wilayah | : | 12.358,65 Km2 |
Jumlah Penduduk | : | 594.716 Jiwa |
Wilayah Administrasi | : | Kecamatan : 21, Kelurahan : 19, Desa : 258 |
Website | : | http://www.musi-rawas.go.id |
Sejarah
Sejarah Kabupaten Musi Rawas
Awalnya
Kabupaten Musi Rawas termasuk dalam wilayah keriesidenan Palembang
(1825-1966). Hal ini diawali oleh jatuhnya Kesultanan Palembang dan
perlawanan Benteng Jati serta Enam Pasirah dari Pasemah Lebar ke tangan
pemerintah Belanda. Sejak Saat itu Belanda mengadakan ekspansi da
penyusunan pemerintahan terhadap daerah ulu Palembang yang berhasil
dikuasainya. Sistim yang dipakai adalah Dekonsentrasi. Kemudian
Keresidenan Palembang dibagi atas wilaya binaan (Afdeling), yaitu:
- Afdeling BanguAsin en Kubustreken, ibukotanya Palembang.
- Afdeling Palembangsche Beneden Landen, ibukotanya Baturaja.
- Afdeling Palembangsche Boven Landen, ibukotanya Lahat.
Afdeling Palembangsche Boven Landen dibagi dalam beberapa Onder Afdeling (Oafd):
- Oafd Lematang Ulu, ibukotanya Lahat.
- Oafd Tanah Pasemah, ibukotanya Bandar.
- Oafd Lematang Ilir, ibukotanya Muara Enim.
- Oafd Tebing Tinggi Empat Lawang, ibukotanya Tebing Tinggi.
- Oafd Musi Ulu, ibukotanya Muara Beliti.
- Oafd Rawas ibukotanya Surulangun Rawas.
Setiap
Afdeling dikepalai oleh Asistent Residen yang membawahai Onder Afdeling
yang dikepalai Controleur (Kontrolir). Setiap Onder Afdeling juga
membawahi Onder Distric dengan Demang sebagai pimpinannya. Musi Rawas
berada pada Afdeling Palembangsche Boven Landen.
Pada
Tahun 1907, Onder Distric Muara Beliti dan Muara Kelingi diintegrasikan
kedalam satu Onder Afdeling yakni Onder Afdeling Musi Ulu. Tahun 1933,
jaringan kereta api Palembang Lahat Lubuk Linggau (dibuat antara tahun
1928-1933) dibuka pemerintah Belanda. Hal ini menyebabkan dipindahkan
Ibu Kota Oafd Musi Ulu, Muara Beliti ke Lubuk Linggau, yang menjadi
cikal bakal ibukota Kabupaten Musi Rawas.
Pada
tanggal 17 Februari 1942, kota Lubuk Linggau diduduki Jepang dan Kepala
Oafd Musi Ulu Controleur De Mey serta Aspirant Controleur Ten Kate
menyerahkan jabatannya kepada Jepang pada tanggal 20 April 1943. Jepang
mengadakan perubahan instansi da jabatan ke dalam bahasa Jepang.
Perubahan inilah yang menjadi titik tolak Hari Jadi Kabupaten Musi
Rawas. Perubahan Nama tersebut antara lain:
Onder
Afdeling Musi Ulu diganti dengan Nama Musi Kami Gun dipimpin Gunce
(Guntuyo). Sedangkan Oafd Rawas diganti menjadi Rawas Gun.
Arti Logo
Bentuk :Lambang
Daerah Kab Musi Rawas berbentuk PERISAI yang merupakan JANTUNG, di mana
terdapat 5 (lima) sudut yang mencerminkan bahwa Kab Musi Rawas
merupakan bagian dari Wilayah Lima Unsur PRAMUGARI NEGARA yang berasal
dari RAKYAT, yakni :
- Angkatan Darat
- Angkatan Laut
- Angkatan Udara
- Kepolisian Republik Indonesia
- Pemerintahan Sipil
Warna :Lambang Daerah dihiasi oleh tata warna sebanyak lima macam warna yang terdiri dari :
- Latar belakang warna merah
- Tulisan dan padi warna emas
- Lukisan bukit, batang karet dan kapas warna hijau
- Kembang kapas dan lukisan garis mendatar berwarna putih
- Sungai Musi bertemu dengan Sungai Rawas berwarna biru
Falsafah dan Tata Warna :
- Latar belakang berwarna merah, melambangkan bahwa daerah Musi Rawas memiliki pahlawan-pahlawan yang muncul dari daerah ini.
- Tulisan huruf cetak yang merupakan nama Daerah Musi Rawas yang berasal dari PENYATUAN dua daerah ex Kawedanan, yakni Kawedanan Musi Ulu dan Kawedanan Rawas. Meskipun keduanya mempunya dua bahasa daerah yang berbeda, yakni Bahasa Musi dan Bahasa Rawas, namun dapat saling mengerti. Warna kuning emas mencerminkan bahwa di kandungan bumi daerah Kab Musi Rawas terdapat emas yang merupakan logam mulia yang tinggi nilainya di samping bahan mineral lainnya. Falsafah dan tulisan dengan warna kuning emas di atas warna biru mengandung arti bahwa Musi Rawas terletak di daerah agraris yang subur.
- Lukisan sebuah bukit, ialah Bukit Sulap yang terletak dalam radius Kota Lubuk Linggau yang melambangkan "suatu kemegahan" yang khas di daerah Musi Rawas, karena Bukit Sulap adalah sebuah bukit yang pandai bermain sulap, dilihat dari jauh dia tetap dekat, sedangkan warna hijau berarti subur makmur.
- Lukisan garis-garis mendatar sebanyak 6 garis, melambangkan daerah Kab Musi Rawas terdapat 6 macam kebudayaan asli, dengan 6 bahasa berlainan, tetapi sebagian besar mereka saling mengerti, baik bahasa maupun adat dan kebiasaan masing-masing yaitu : Bahasa dan Adat Musi, Bahasa dan Adat Rawas, Bahasa dan Adat Saling, Bahasa dan Adat Rejang, Bahasa dan Adat Jawa, Bahasa dan Adat Campuran atau pendatang. Sedangkan warna putih perak bearti kesucian dan kemurnia sebagai fundamen tempat mendirikan kebenaran yang universal.
- Lukisan batang karet melambangkan bahwa dalam sejarah perkembangan tradisional penduduk daerah Musi Rawas standar penghidupannya tergantung dari hasil perkebunan karet rakyat, sedangkan usaha tani lainnya hanya merupakan usaha sekunder. Pangkal batang karet yang berwarna hijau melambangkan kesuburan pohon, sedangkan putih adalah warna getah susu/ latex dengan mangkok dan cangkirnya.
- Lukisan sebatang padi yang terdiri dari 20 butir padi melambangkan bahwa di Kab Musi Rawas terdapat 20 struktur pedesaan dengan kegiatan sosial dan ekonominya memberikan karakteristik wilayah-wilayah yakni 18 marga yang merupakan kesatuan wilayah dengan dusun-dusun yang berlainan serta 2 daerah yang bersekutuan adat terdiri dari beberapa kelurahan yang sederajat dengan kekerioan dalam marga dengan sumber penghidupan bertani dan bertanam padi sawah dari padi ladang. Warna kuning emas adalah keaslian warna butir-butir padi yang telah masak dpt dijumpai sepanjang musim.
- Lukisan
tangkai kapas dan kembangnya, melambangkan kandungan alam sebagai sumber
kegiatan ekonomi di Kab Musi Rawas, 5 sumber alam potensial yang
sekaligus melambangkan kemakmuran masyarakat dan daerah yaitu :
- Karet (Perkebunan Rakyat)
- Emas (Potensial)
- Batu Bara (Potensial)
- Minyak Bumi (Potensial)
- Alumunium (Potensial)
Warna hijau dan putih daun kapas melambangkan kesuburan daerah ini dan kapas merupakan bahan benang yang asli. - Lukisan
sungai yang membentuk setengah lingkaran dan menyatu di bagian bawahnya
melambangkan Sungai Musi dan Sungai rawas yang bertemu menjadi sati di
daerah Musi Ilir, dekat perbatasan dengan Musi Banyuasin yang terjkenal
dengan Muara Rawas. Kesatuan nama Sungai Musi dan Sungai Rawas itulah
yang menjadi sumber sejarah daerah ini menjadi Kab Musi Rawas.
Kedua sungai tersebut mengandung falsafah daerah yaitu walaupun penduduk daerah ini bermacam adat budaya dan bahasa lokal namun landasan keyakinan hidup berbangsa dan bernegara satu, yaitu Pancasila dengan pengertian tunggal yang resmi dan satu tujuan perjuangan hidup, yang menciptakan dan mewujudkan persatuan dan persekutuan daerah untuk menuju cita-cita adil, makmur dan bahagia, dalam arti jasmani dan rohani. Lambang daerah Musi Rawas telah disahkan melalui Panitia Sayembara Lambang Daerah Musi Rawas tanggal 11 Februari 1969 kemudian disahkan oleh DPRD GR Kab Musi rawas.